Heboh Perang, Tapi Harga Minyak 2023 Jalan di Tempat!

Jakarta, CNBC Indonesia – Sepanjang tahun 2023 harga minyak Brent maupun minyak berjangka WTI bergerak fluktuatif dengan dominan sideaways alias “jalan di tempat”. Pergerakan kedua patokan harga minyak dari Januari hingga Desember 2023 disebabkan oleh pengurangan pasokan yang diumumkan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), serta perang Israel-Hamas. Perusahaan minyak besar, termasuk Arab Saudi dan Rusia, sejak saat itu membela pengurangan produksi minyak sebagai tindakan pencegahan, yang bertujuan untuk menstabilkan pasar minyak.

Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan lonjakan imbal hasil obligasi AS dalam beberapa bulan terakhir juga turut menentukan pergerakan harga minyak mentah. Namun, pertemuan terakhir OPEC+ ternyata mengecewakan karena tren kenaikan harga karena investor melihat dampak terbatas dari pengurangan pasokan di pasar minyak.

Tercatat pergerakan harga minyak Brent sepanjang tahun 2023 hingga perdagangan Jumat (22/12/2023) bergerak turun 7,96% di level US$ 79,07 per barel. Begitu juga dengan minyak mentah WTI bergerak ke bawah dengan jatuh 8,35% di level US$ 73,56.

Berikut kisah besar dibalik pergerakan harga minyak Brent dan juga WTI sepanjang tahun 2023.

• Penurunan Minyak pada Januari Hingga Maret Karena Invasi Rusia ke Ukraina

Pergerakan minyak pada sepanjang bulan Januari 2023 mengalami penurunan. Harga minyak WTI bergerak turun pada bulan Januari sebesar 1,73%, begitu juga dengan minyak Brent yang jatuh 1,65%. Negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7) pada tahun 2022 memberlakukan batasan harga minyak sebesar US$ 60 per barel pada pengiriman minyak Rusia sebagai respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Setelah itu, harga minyak mentah tetap berfluktuasi hingga Januari 2023 dan minyak mentah Brent berada di sekitar US$82 per barel selama bulan tersebut.

Penurunan juga berlanjut sepanjang bulan Februari 2023 dimana minyak WTI terkoreksi 2,31% dan minyak Brent turun tipis 0,71%. Efek invasi Rusia terhadap Ukraina juga berlanjut negatif terhadap pergerakan pada bulan Maret, dimana minyak WTI turun 1,79% dan minyak Brent anjlok 4,91%.

• Pengurangan Produksi Minyak oleh OPEC pada April dan Dimulai Mei 2023

Pada bulan April 2023, OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari (bph) dalam sebuah keputusan yang mengejutkan. Pemotongan yang mengejutkan yang dipimpin oleh Arab Saudi, mendorong kenaikan kedua benchmark harga minyak hingga pertengahan April 2023. Tercatat, sejak akhir Maret 2023 hingga 12 April 2023 harga minyak mentah WTI melonjak 10,03% di level US$ 83,26 dan minyak Brent melesat 9,48% di level US$87,33. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan tertinggi dalam lebih dari setahun. Namun hingga akhir April 2023, pergerakan harga minyak mentah WTI sepanjang bulan April tercatat naik tipis 1,47% di level US$ 76,78, sementara minyak brent justru turun tipis 0,29% di level US$ 79,54.


Pemotongan sukarela dimulai pada Mei 2023 dan diberlakukan hingga akhir tahun. Sayangnya harga kedua benchmark minyak justru anjlok pada bulan Mei 2023. Tercatat sepanjang bulan Mei 2023 harga minyak mentah WTI jatuh 11,32% dan minyak Brent terperosot 8,65%.

• Juni 2023, OPEC Membuat Kebijakan Pangkas Produksi

Sepanjang bulan Juni 2023, kedua patokan harga minyak tersebut mencatatkan kenaikan. Harga minyak mentah WTI melesat 3,75%, begitu juga dengan minyak Brent terapresiasi 3,08%. OPEC+ bertemu untuk mengambil keputusan kebijakan produksi minyak yang dijadwalkan pada bulan Juni 2023 dan mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi target produksi keseluruhan mulai tahun 2024 dengan total lebih lanjut sebesar 1,4 juta barel per hari. Negara-negara OPEC memproduksi sekitar 30% minyak mentah dunia. Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar dalam kartel tersebut, memproduksi lebih dari 10 juta barel per hari. OPEC+ memproduksi sekitar 40% minyak mentah dunia.

• OPEC Lakukan Pengurangan Produksi Minyak Besar-Besaran pada Juli 2023

Kenaikan kedua benchmark minyak berlanjut pada bulan Juli 2023. OPEC mengumumkan bahwa mereka akan melakukan pengurangan produksi besar-besaran sebesar 1 juta barel per hari mulai bulan Juli 2023, sebagai bagian dari kesepakatan OPEC+ yang membatasi produksi lebih luas karena kelompok tersebut menghadapi lesunya harga minyak dan meningkatnya kelebihan pasokan. Hal tersebut membuat kedua benchmark harga minyak melesat sepanjang bulan Juli 2023. Tercatat harga minyak mentah WTI meroket 15,80%, begitu juga dengan minyak Brent melesat 14,23%. Kenaikan kedua patokan harga minyak berlanjut hingga Agustus 2023, di mana minyak mentah WTI naik 2,24% sepanjang bulan Agustus, begitu juga dengan minyak Brent terapresiasi 1,52%. Produsen OPEC lainnya kemudian sepakat untuk memperpanjang pengurangan pasokan hingga akhir tahun 2024.

• Rusia dan Arab Saudi Umumkan Batasan Ekspor Minyak pada September 2023

Rusia bergabung dengan Arab Saudi untuk mengumumkan pembatasan ekspor minyak tambahan sebesar 300.000 barel per hari. Pada bulan September, Arab Saudi dan Rusia bersama-sama mengumumkan akan memperpanjang pembatasan pasokan minyak lebih dari 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun. Pemotongan produksi yang pertama kali diumumkan oleh perusahaan minyak besar pada bulan Juli menyebabkan lonjakan tajam harga minyak mentah internasional mencapai level tertinggi dalam hampir satu tahun.

Pada 28 September 2023, kedua patokan harga minyak menyentuh level tertinggi sepanjang tahun 2023. Tercatat kenaikan harga minyak mentah WTI sejak awal September hingga 28 September sebesar 13,63% di level tertinggi US$ 95,03 per barel, begitu juga dengan minyak mentah Brent melesat 12,47% di level tertinggi US$97,69 per barel. Kenaikan kedua patokan harga minyak karena pengurangan pasokan oleh perusahaan-perusahaan produsen minyak besar.

Ketika kedua minyak berjangka mendekati US$ 100 per barel, banyak investor mengambil keuntungan dari reli tersebut mengingat kekhawatiran makroekonomi yang sedang berlangsung. Harga minyak mentah yang melebihi US$ 100 per barel membawa tekanan inflasi pada perekonomian global dan akan memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga lagi.

Hal tersebut membuat kenaikan kedua benchmark harga minyak hingga akhir September 2023 menjadi sedikit lebih turun. Tercatat sepanjang September 2023 harga minyak mentah WTI naik 8,56% dan minyak Brent melesat 9,37%.

• Perang Hamas-Israel pada Oktober 2023

Pada bulan Oktober 2023, perang Israel-Hamas mendorong harga minyak mentah antara 3 hingga 6%, namun momentum ini tidak dapat dipertahankan karena kekhawatiran terhadap permintaan global lebih besar daripada dampak pengurangan pasokan. Sejak itu, sepanjang bulan Oktober 2023, harga minyak mentah WTI anjlok 10,76% dan minyak Brent terjun 9,04%.

• OPEC Setujui Pengurangan Produksi 2,2 Juta Barel pada November 2023

Dalam pertemuan kebijakan tanggal 30 November 2023, OPEC+ menyetujui pengurangan produksi gabungan sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun depan. Namun pasar khawatir bahwa beberapa anggota mungkin tidak mematuhi komitmen mereka. Harga minyak telah melemah karena investor melihat dampak terbatas dari pengurangan pasokan di pasar. Sepanjang bulan November 2023 harga minyak mentah WTI turun 6,25%, begitu juga dengan minyak Brent terkoreksi 5,24%.

• Ketegangan Konflik Timur Tengah di Laut Merah pada Desember 2023

Kedua patokan harga minyak yakni WTI dan Brent kini telah memulai tren kenaikan dalam beberapa sesi terakhir di tengah kegelisahan atas gangguan perdagangan global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menyusul serangan terhadap kapal oleh pasukan Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran di Laut Merah. Para analis memperkirakan harga minyak mentah akan menyentuh kisaran US$ 89-90 per barel pada akhir tahun 2023 karena ketegangan di Timur Tengah. Namun, sejak awal Desember hingga 22 Desember 2023 tercatat minyak mentah WTI masih mengalami penurunan sebesar 3,16%, begitu juga dengan minyak Brent terkoreksi 4,54%. https://gunakanlah.com/wp/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*