Jakarta – Para arkeolog menemukan tumpukan sekitar 100.000 koin kuno Jepang di Maebashi. Kota tersebut terletak sekitar 100 km di barat laut Tokyo.
Koin-koin kuno itu ditemukan dalam penggalian jelang pembangunan sebuah pabrik, seperti dilaporkan surat kabar Jepang, The Asahi Shimbun. Baru 334 dari sekitar 100.000 keping koin yang dicek, seperti dilansir Live Science.
Saat ini, koin tertua berasal dari China, sekitar tahun 175 SM, sedangkan yang terbaru dari 1265 M.
Dugaan Bank Koin Kuno
Koin-koin ini ditemukan dalam 1060 bundel. Setiap bundel berisi sekitar 100 koin.
Alasan mengapa uang koin tersebut disusun secara bertumpuk masih menjadi pertanyaan bagi para ahli. Namun, sebagian ahli menduga tumpukan koin ini sebagai penyimpanan uang.
“Penumpukan tersebut mungkin berfungsi sebagai bank. Teori lain adalah bahwa penumpukan tersebut memiliki makna simbolis, mungkin berkaitan dengan keagamaan,” kata William Farris, peneliti dari Universitas Hawaii.
“Saya mendukung teori bahwa koin-koin itu adalah sejenis bank yang disimpan dengan aman,” imbuhnya.
Sedangkan Ethan Segal, dosen sejarah dari Michigan State University, mengatakan bahwa Jepang melakukan penumpukan dan penguburan koin tersebut pada masa perang.
“Koin-koin ini terlalu berat dan besar untuk dibawa saat melarikan diri dari pasukan musuh,” ucap Segal.
“Beberapa ahli berpendapat bahwa koin tersebut dikubur sebagai persembahan kepada para dewa,” tambahnya.
Koin Kamakura
Para ahli memperkirakan, koin tersebut kemungkinan ada pada periode Kamakura. Menurut Metropolitan Museum of Art, di masa itu, para prajurit Jepang membentuk sistem shogun, yaitu sistem saat kaisar mengizinkan shogun menjadi gubernur militer dan memerintah, di Kamakura.
Farris berpendapat, koin-koin tersebut dikuburkan para prajurit di periode Kamakura. Namun, penanggalan koin belum dapat dipastikan karena masih sangat sedikit yang sudah rampung diperiksa. Segal menduga, tumpukan koin kuno itu kemungkinan besar berasal dari abad ke-14, setelah Kamakura runtuh.
Perkiraan Tahun Asal Koin Kuno
Di antara tumpukannya, koin tertua berukir kata “Banliang”. Umumnya, koin seperti itu dibuat sekitar 2.200 tahun lalu di China.
“Koin-koin itu sebagian besar berasal dari periode abad pertengahan Jepang, yaitu abad ke-13 hingga ke-16, dan juga ditemukan di berbagai lokasi di pulau-pulau Jepang,” jelas Segal.
Ia menjelaskan, baru di akhir abad ke-7, orang Jepang memproduksi mata uang logam mereka sendiri. Bentuknya meniru model koin China, yang punya lubang persegi di tengahnya untuk merangkai 100 koin dalam satu tali.
“Orang Jepang membuat koin mereka sendiri hingga pertengahan abad ke-10, namun berhenti pada saat perubahan perekonomian dan kurangnya pasokan bijih tembaga,” ucap Segal.
Menurut Segal pula, koin tersebut kemungkinan besar berasal dari Dinasti Song Utara yang eksis pada tahun 960 hingga 1127.
Diketahui bahwa suku Song Utara memproduksi uang koin dalam jumlah yang banyak. Namun koin-koin tersebut kemudian sudah tidak digunakan lagi setelah mereka dikuasai oleh kelompok nomaden bernama Jurchen pada awal abad ke-12.
Uang koin mereka yang sudah tidak memiliki nilai lalu cenderung digunakan untuk transaksi barang di luar negeri.
Kini, beberapa koin dipamerkan di lobi Divisi Perlindungan Budaya Maebashi oleh pemerintah kota setempat. https://kreditmacet.com